Tsauban bertanya, "Ya, Nabiyullah, apakah saya juga termasuk yang tuan doakan bersama anggota keluarga tuan yang mulia itu?" "Ya, Tsauban", jawab Rasulullah. "Selama engkau hidup mandiri, tidak berdiri di depan pintu rumah orang untuk meminta-minta, dan menengadahkan tangan ke hadapan seorang amir (penguasa) memohon sesuatu."
Beberapa waktu setelah terjadi Perang Uhud pada tahun ketiga hijriah, kaum Muslimin Madinah dilanda kesedihan mendalam. Mereka kehilangan tujuh puluh sahabat, saudara, dan kenalan dekat, diantaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, yang bergelar "Singa Allah".
Semua itu terjadi akibat sebagian pasukan Islam mengabaikan perintah Rasulullah, terutama pasukan artileri (pemanah) yang ditempatkan di Bukit Rumat, di sisi Padang Uhud tempat pertempuran berkecamuk.
"Siagalah di situ, menjaga pasukan musuh yang kemungkinan masuk dari arah belakang", demikian intruksi Rasulullah yang terjun langsung memimpin pasukan infanteri berlaga melawan pasukan kafir Quraisy.
Strategi itu sangat tepat, pasukan kavaleri Quraisy pimpinan Khalid bin Walid tidak dapat masuk memberi bantuan. Mereka tertahan oleh pasukan artileri Muslin dengan tembakan panah-panahnya yang terarah ke sasaran. Bahkan, ketika pasukan infanteri Quraisy terdesak ke kaki Gunung Uhud, pasukan kavaleri Khalid bin Walid tidak dapat bergerak sama sekali.
Pertempuran usah sudah dengan kemenangan pasukan Islam. Pasukan Quraisy berlarian menyelamatkan diri ke lereng-lereng Gunung Uhud. Mereka meninggalkan segala harta milik mereka, pedang, tombak, tameng, kuda, serta perhiasan dan segala simbol kemegahan militer yang lazim dibawa ke medan perang kala itu.
Sambil mengejar sisa-sisa pasukan yang masih mencoba melawan atau bertahan, pasukan Islam mengumpulkan ganimah, harta rampasan perang yang terserak-serak di antara mayat bergelimpangan dan genangan darah.
Tiba-tiba pasukan artileri di Bukir Rumat tergoda oleh limpahan ganimah. Mereka lupa terhadap kewajiban menjaga posisi belakang. Apalagi pasukan kavaleri Khalid bin Walid sudah tidak terlihat. Mereka menduga, pasukan Khalid bin Walid sudah kabur duluan setelah melihat kekalahan telak pasukan infanteri Quraisy.
Maka, mereka segera berhamburan turun. Ikut menyerbu ganimah. Saat itulah pasukan berkuda Khalid yang ternyata bersembunyi di balik pohon-pohon kurma datang menerjang. Pasukan Islam sangat terkejut. Kalang kabut memberikan perlawanan seadanya. Gugurlah tujuh puluh prajurit. Rasulullah sendiri terluka, dua gigi tanggal kena lemparan senjata.
Konsolidasi pasukan seadanya di bawah komando Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, berhasil menangkal kekalahan lebih telak. Kepulangan ke Madinah, diiringi duka-cinta mendalam.
Beberapa orang Muhajirin berkata, "Seandainya kita tahu apa harta paling berharga daripada emas perak, niscaya kekalahan di Uhud tidak akan terjadi. Kita tidak akan turun dari bukit untuk ikut memburu ganimah".
Mendengar hal itu, Umar yang berada dekat mereka menyatakan, "Perbincangan kalian ini akan ditanyakan kepada Rasulullah saw".
Umar segera mencari Rasulullah saw, yang sedang berjalan diiringi Tsauban. Setelah bertemu, Umar menyampaikan segala apa yang dimasalahkan para Muhajirin veteran perang Uhud tadi.
Sambil tersenyum Rasulullah menjawab, "Harta yang lebih berharga daripada emas dan perak adalah apabila kalian memiliki lidah yang selalu menyebut nama Allah, walbu yang selalu bersyukur, dan seorang istri mu'minah yang mendorong kalian untuk tetap menjadi seorang mu'min.
(H. USEP ROMLI H.M. dalam PR 3 September 2010)
0 komentar:
Posting Komentar