Tuhan bertanya, " Apa yang telah kamu perbuat untuk mendapatkannya (mati syahid)?" Lelaki itu menjawab, " Aku berperang demi (mendapat) ridla-Mu hingga aku gugur di medan laga.
Tuhan berkata, "Kamu berdusta! Kamu berperang supaya dibilang orang pemberani dan sungguh kamu telah mendapatkan keinginan itu." Kemudian Tuhan memerintahkan agar orang itu diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka."
ORANG KEDUA; seorang 1elaki yang tekun menuntut ilmu, mengajarkan ilmunya dan membaca Al-Qur'an. Ia dipanggil di hadapan Tuhan dan diperlihatkan kepadanya amal perbuatannya dan ia pun mengenalinya.
Tuhan bertanya: " Apa yang telah kamu perbuat dengannya (menuntut ilmu)? Lelaki itu menjawab, Hamba menuntut ilmu, mengajarkannya kepada orang lain dan membaca al-Qur an demi Engkau, Tuhan.
Tuhan berkata, 'Kamu telah berdusta! Kamu menuntut ilmu supaya dibilang orang pintar dan kamu membaca al-Qur'an supaya dibilang qari' yang bagus dan sungguh kamu telah mendapatkan semua itu. Kemudian Tuhan memerintahkan agar orang itu diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka."
ORANG KETIGA; yaitu seorang lelaki yang dilapangkan dan dikaruniai Allah segala macam harta benda dipanggil di hadapan Tuhan, diperlihatkan kepadanya amal perbuatannya dan ia pun mengenalinya.
Tuhan bertanya: " Apa yang telah kamu perbuat terhadap (harta bendamu)?" Lelaki itu menjawab, "Aku tak pemah melewatkan kesempatan menafkahkan harta bendaku di jalan-'Mu dan itu derni Engkau Tuhanku".
Tuhan berkata, "Kamu telah berdusta! Kamu tidak melakukan semua itu kecuali dengan pamrih supaya dibilang sebagai orang yang dermawan clan sungguh kamu telah mendapatkan semua ihi. Kemudian Tuhan mernerintahkan agar orang itu diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka." (Hadits riwayat Muslim)
Sahabat, kita tergolong yang mana? Apakah mati sahit, tekun menuntut ilmu, atau berkelimpahan harta tapi masih tetap tertipu dengan riya?
Atau kita lebih parah dari itu? Yaitu, tidak mati sahit, tidak berilmu, dan tidak berharta tapi riya. Bagaimana pendapat anda?
Sebagian kita, berpendapat, bahwa menabung itu adalah sisa kebutuhan sehari-hari atau sisa kebutuhan satu bulan, sehingga nominal tabungan kita relative kecil atau tidak tersisa sedikitpun untuk menabung. Dan banyak dari kita yang bekerja untuk uang (mencari uang), sehingga wajar jika awal bulan kita basah (punya uang) dan di akhir bulan nyaris pailit, dan persediaan sudah menipis.
Dalam istilah Robert Kiyosaki itulah salah satu dari ciri empployee (pegawai) atau dalam istilah Aa Gym merupakan salah satu ciri dari tipe “Manusia pekerja”.
Paragdigma ini masih berkembang di sebagian besar kita, atau boleh jadi mungkin kita sendiri termasuk orang yang masih menganut paradigma itu...apalagi kita yang notabene (wanita) muslimah yang konon tidak punya kewajiban paten dalam mencari nafkah... tak jarang berfikir bahwa hanya sebagai sampingan atau “Daripada nganggur” padahal energi yang dikeluarkan sama besar atau bahkan lebih...
Nah saudariku... agar kita tidak terjebak pada “Zona aman” yang melenakan dan membuat kita tidak kreatif, mari kita dobrak wacana dan paradigma kita...
Jadilah Muslimah Yang Bermental Entrepreneur, seperti yang dicontohkan Rasul Kita Muhammad. Nabi Muhammad adalah seorang entrepreneur sejati yang diusianya yang ke-25 meminang khodijah dengan 40 unta.
Jika dirupiahkan berapa puluh juta mahar Nabi Muhammad kepada khodijah...? sungguh jumlah mahar yang luar biasa jika dibandingkan dengan mahar-mahar yang diberikan pemuda saat ini.
Teringat sebuah sabda Rasul dalam haditsnya “ carilah ilmu walaupun ke Negeri China” kenapa china, kenapa bukan indonesia atau belanda... hal itu sudah diisyarahatkan oleh Rasul berapa ratus sebelum china mengalami kejayaan dibidang ekonomi, lihat sekarang... produk yang membanjiri negara kita, lebih banyak didominasi oleh produk china...sampai jilbab dan peci sekalipun...produk china...di negara kita ini siapa yang menguasai perusahaan-perusahaan rasaksa..? Siapa yang punya toko-toko, swalayan besar bahkan pusat-pusat elektonik dan konveksi..?
Siapa lagi kalau bukan makhluk Allah yang berciri khas mata segaris ini... etos mereka luar biasa, mereka gigih ulet dan pantang bermewah-mewah, walau sudah kaya sekalipun...Subhanallah tidak mungkin Rasul serta merta mengeluarkan hadits berkenaan dengan kaum ini, jika tidak ada kandungan makna yang luar biasa dan petunjuk bagi kita untuk dijadikan ibrah...
Seorang China berkata, sangat lucu jika orang Islam tak mampu maju di bidang perekonomian, apa alasan mereka untuk tidak maju... sementara Rasul mereka seorang entrepreneur ulung, ajaran mereka banyak mengisyaratkan akan pentingnya kekuatan ekonomi, seperti haji..shadaqah...zakat, bahkan anjuran ibadahnyapun sangat mendukung untuk menjadi seorang yang sukses, seperti contoh Islam menganjurkan untuk shalat tahajud di sepertiga malam, dianjurkan terjaga sampai subuh, bahkan setelah subuh dianjurkan tidak tidur lagi, sedangkan kami pada waktu-waktu itu masih tertidur lelap, dan pagi hari baru bagun... jadi sebenarnya peluang orang Islam untuk menjadi kaya raya itu banyak saudariku...
Tak pernah ada kata terlambat untuk sebuah kata perbaikan... untuk bangkit menjadi seorang entrepreneur, pertama, rubahlah paradigma kita tetang upaya “Keduniawian” kita, milikilah paradigma entrepreneur atau semangat berentrepreneur, apapun profesi kita... entrepreneur tidak identik dengan berdagang, walaupun berdagang bagian dari aktifitas entrepreneur... mulailah berfikir bagaimana memanfaatkan uang bukan sekedar mencari uang... buatlah bagaimana uang bekerja untuk kita bukan kita yang bekerja untuk uang... rubahlah pola hidup kita, jadikan pemenuhan kebutuhan sisa dari aktifitas menabung kita, bukan sebaliknya...stop pengeluaran untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, jangan beli buku dan perlu, luangkan waktu, tenaga, dan dana untuk pembelajaran hal yang satu ini... dalam dunia entrepreneur tak pernah ada kerugian yang ada adalah ‘Cost Of Learning’, termasuk ketika kita gagal, bersiaplah untuk mengambil peluang dan resiko sekalipun, karena resiko selalu berbanding lurus dengan keuntungan atau rizki yang didapat.
Ada sebuah trik sederhana dalam berentrepreneur Jika kita punya keahlian, tapi punya semangat entrepreneur dan punya modal pakai rumus BOTOL (Berani, Optimis, pakai Tenaga Orang Lain) tetapi kita punya keahlian tapi tidak punya modal, gunakan rumus BODOL (Berani, Optimis, pakai Duit Orang Lain). Dan jika kita tidak punya keduanya... berusahalah...! kita punya otak...Yakinlah... Allah Bersama Orang Yang Berusaha...
Akhirnya apa pun usaha kita, luruskan selalu niat kita, sempurnakan ikhtiar kita dan memaksimalkan tawakkal kita, tatkala kegagalan menghampiri kita, yakinlah itu bentuk ujian semesteran kita... yang akan menentukan kita menjadi orang yang tangguh... atau sebaliknya..Wallahu alam bis showab...
Sumber: Amri Knowledge Entrepreneur
0 komentar:
Posting Komentar