Rabu, 20 Juni 2012

Ustadz Yusuf Mansur: Jalan yang Mudah, yang Jarang Dipilih Manusia

Jalan yang Mudah, yang Jarang Dipilih
Ustadz Yusuf Mansur: Jalan yang Mudah, yang Jarang Dipilih Manusia - Mengejar akhirat sebenarnya lebih mudah daripada mengejar dunia. Sedangkan urusan akhirat adalah urusan yang lebih penting dibandingkan urusan dunia. Akhirat adalah istimewa dibandingkan dengan dunia yang murah ini. Walaupun penting tapi ternyata Allah mempermudahnya. Itulah sebagian rahmat Allah agar manusia cenderung ke sana. Sebaliknya, urusan dunia yang murah ini dijadikan Allah lebih susah agar manusia menganggap enteng dan kecil saja dunia ini. Sepatutnya demikian. Tapi rupanya manusia tidak begitu. Walaupun urusan akhirat itu mudah namun manusia merasa berat mengerjakannya. Sedangkan urusan dunia yang susah dirasakan lebih ringan dan mudah. Itu membuktikan bahwa daya tarik dunia lebih mempengaruhi manusia dibandingkan daya tarik akhirat yang istimewa dan agung sekalipun urusan dunia itu lebih susah dan berat.

Manusia sanggup memeras otak dan tenaganya, pagi dan petang, siang dan malam tanpa merasa jemu. Walaupuh bersusah payah tapi tetap dihadapi juga kesusahan itu. Walaupun menderita menghadapi berbagai ujian tapi manusia sanggup menghadapinya. Adakalanya keuntungan yang dikejar, rugi yang didapat. Kesenangan yang diinginkan, kesusahan yang didapat. Kebahagiaan yang dikejar, penderitaan yang datang. Kebaikan yang diburu, kemalangan yang dijumpai. Namun manusia tetap tidak merasa jemu, tidak merasa kecewa dan tidak berputus asa. Digunakannya segenap tenaga yang ada untuk memburu dunia. Sampai-sampai tidak ada sama sekali ruangan di dalam hidupnya untuk urusan akhirat. Atau jika masih ada sedikit tenaga yang tersisa, itulah yang digunakan untuk urusan akhirat. Itu pun dengan perasaan jemu, berat dan susah.

Mana lebih berat, shalat Subuh dua rakaat sekedar 20 menit membawa 30 menit, dengan kerja 8 jam satu hari ? Karena mencari duit ada kalanya kerja buruh, betapa susah, namun ada umat Islam sanggup tidak shalat Subuh sekedar 20-30 menit tapi tidak jemu-jemu bekerja satu hari 8 jam karena mencari duit.

Pergi shalat berjamaah bukanlah memakan waktu yang panjang. Tidak juga terlalu jauh karena perintah Allah Taala dan juga tidak meletihkan. Dibandingkan dengan rekreasi dan menghabiskan waktu untuk bergaul bebas di tempat yang jauh mungkin di hutan, di tepi laut, di hulu sungai, yang banyak menyita waktu dan berhadapan dengan keletihan. Namun orang tidak sanggup pergi shalat jemaah tapi sanggup pergi rekreasi. Adakalanya sampai di rumah bertengkar pula dengan isteri karena sakit hati dengan suami.

Menonton film yang merusak akhlak atau membaca buku novel yang menyesatkan dapat dibuat sampai memakan waktu berjam-jam, kadang-kadang bertengkar dengan ibu bapa atau suami dan isteri. Mana lebih terkorban waktu atau mana lebih susah, daripada berzikir atau membaca Al Quran selama 30 menit. Tentulah terkorban masa menonton film mengarut atau membaca novel mengarut hingga dapat bergaduh daripada berzikir atau membaca Al Quran sekedar 30 menit. Namun orang sanggup menonton film atau membaca novel daripada berzikir atau membaca Al Quran.

Mana lebih berat hendak menderma kepada kelab-kelab hiburan, tempat maksiat, dugem, makan-makan pesta dengan keglamouran, demi kehepian dan prestise, paling kurang 1 juta jauh tetapi bila bersedekah terasa beratnya

“Allah menyuburkan sedekah” adalah memperbanyak dan mengembangkannya di dunia. Sedangkan di akhirat, Allah menjaganya semenjak di keluarkan harta tersebut untuk infaq. Penjagaan ini seperti seseorang menjaga benih yang ditanamnya dengan diperhatikan dan dipupuk sampai benih tersebut menjadi pohon yang besar. Atau seperti seseorang yang menjaga dan memelihara anak kuda yang masih kecil, ia beri makan dan ia rawat dengan baik sehingga menjadi kuda yang besar dan tangguh. Artinya pahala besar akan ia peroleh walaupun melalui infak yang sedikit.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman:

"Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya Aku berinfak kepadamu" (Muttafaq 'Alaih).

Maknanya adalah Aku beri ganti yang lebih baik untukmu. Ini selaras dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya" (Qs Saba' 39)

Firman Allah Ta’ala (yang artinya) : “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahanam lalu dibakar dengannya dahi mereka lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka :”Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpan itu” (At Taubah : 34-35).

Firman Allah Ta’ala (yang artinya) : “Sekali-sekali janganlah orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di lehernya di hari kiamat.” (Ali Imron : 180)

(sumber)

Baca juga artikel berikut:

0 komentar:

Posting Komentar