SELAMAT DATANG RAMADHAN! Semoga keanehan-keanehan di bulan lain, tak tampak di bulan penuh ampunan ini. Keanehan yang dipredisksi Rasulullah SAW sejak 14 abad lalu. Keanehan yang sangat paradoksal--sesuatu yang semestinya tidak terjadi di keadaan yang semestinya keanehan itu tidak ada.
Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Ada enam hal aneh di enam tempat." Tentu yang dimaksudkan Rasulullah SAW adalam enam hal yang amat ganjil berada di enam tempat yang tak layak. "Pertama, masjid akan terasa aneh jika berada di tengah-tengah masyarakat yang tidak suka melaksanakan shalat di dalamnya."
"Kedua, mushaf terasa aneh, jika berada di rumah orang yang tidak suka membacanya." Mushaf hanya disimpan di atas lemari saja. Dijejerkan di rak buku. Atau tergeletak menyendiri di atas meja. Lapuk dan tampak usang. Diselimuti debu. Tak pernah disentuh. Apalagi dibaca. Ini keanehan itu, bagaimana mungkin kebernilaian Alquran diamalkan dalam keseharian, jika dibaca saja tidak pernah.
"Ketiga, Alquran terasa aneh jika berada di tangan orang-orang fasiq." Aneh, asing, tak pantas, dan sulit diterima akal sejat jika Alquran yang hudan linnas--petunjuk bagi umat manusia, ternyata berada di genggaman orang-orang yang justru mengkhianati Alquran. Dan berpotensi menyesatkan umat manusia.
"Keempat, wanita muslimah yang shalihah terasa aneh, jika berada dalam kekuasaan suami yang dzalim dan buruk perangainya. Dan, "kelima, sebaliknya, lelaki muslim yang shalih berada dalam kenali wanita hina dan buruk akhlaqnya." Ini sangat aneh. Terlebih jika ditautkan pada hadits lain yang disabdakan Rasulullah SAW, "Uhibbukum ilayya ahsanukum akhlaqan al-muwaththauna aknafan al-ladzina ya'lafuna wayu'lafuna--orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling baik budi pekertinya, yang lembut perangainya dan murah hati, (yaitu) mereka yang ramah dan penuh simpatik." Sangat aneh. Orang baik--yang paling dicintai Rasulullah karena akhlaqnya, berada dalam kuasa orang buruk.
"Terakhir, keenam, orang alim terasa aneh jika berada di tengah-tengah masyarakat yang tidak mau mendengarkan nasihatnya." Keanehan yang nyata. Para ulama dikucilkan. Ditinggalkan. Bahkan dicemooh. Nasihat-nasihatnya hanya dijadikan lelucon. Masuk telinga kanan, kabur lewat telinga kiri.
Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk menghapus keanehan-keanehan tersebut. Di dalam Ramadhan, segala macam kebaikan terhimpu. Semua ketaatan diterima oleh Allah SWT. Setiap doa terkabulkan. Dan seluruh dosa termaafkan. Juka selaksa surga tersedia untuk mereka yang mengisi Ramadhan dengan amalan-amalan yang baik.
Masjid akan termakmurkan. Ramai dengan lantunan zikir. Shaf shalat penuh sesak di setiap jamaah shalat fardlu. Malamnya, terawih berlangusng hidmat. Dan tradisi i'tikaf berjalan dengan teratur dan tetap membahagiakan. Masjid seperti bintang jika dilihat dari luar angkasa. Berkelip-kelip dan penuh dengan gemerlap cahaya kebaikan.
Sementara di sisi lain, mushaf Alquran dibaca tanpa henti. Berlomba jumlah khatam dalam satu bulan. Kemudian setiap harinya, maknanya dipelajari di pengajian sehabis Shubuh. Atau di setiap tausiah setelah berjamaah terawih. Alquran dipelajari dan diajarkan--sebagai awal yang baik untuk memijak proses pengamalan nilai-nilai Alquran itu sendiri, dalam kehidupan sehari-hari.
Ramadhan memiliki daya magis yang sempurna untuk menstimulasi terlahirnya amalan-amalan baik--termasuk hal-hal yang berhubungan dengan Alquran. Ramdhan memang syahrul quran. Bulan dimana Alquran pertama kali diturunkan. Dan di bulan penuh berkah ini, tak mungkin rasanya Alquran berada dalam gengaman orang-orang fasik--yang justru mengkhianati Alquran.
Tak luput, meskipun harga kebutuhan dapur melangit, tapi kesabaran para istri menyediakan keperluan selama shaum terjada dengan sepenuh kesyukuran. Sebaliknya para suami terus menunjukkan sikap lembut, sebagai teladan untuk istri dan anak-anaknya. Ramadhan yang memberkahkan segala hubungan. Merekatkan hal baik yang sempat jauh. Dan menjauhkan hal buruk yang selalu merapat.
Ramadhan, tempat semua orang bersila mendengarkan petuah para ulama. Semua kembali menjadi pembelajar. Mengevaluasi diri dalam setahun terakhir. Ddan saling menjabat untuk bangkit bersama menjadi lebih baik di masa depan. Saat para ulama ber-tausiah, saat itu pulalah dalam dada kita semangat untuk berubag terus membuncah.
Tapi, benarkah selama ini, kita sudah seperti itu mengisi Ramadhan???
Demikianlah, terlepas dari pernyataan di atas, SELAMAT DATANG RAMADHAN! Semoga keanehan-keanehan di bulan lain, tak tampak di bulan penuh ampunan ini. Keanehan yang diprediksi Rasulullah SAW sejak 14 abad yang lalu. Keanehan yang sangat paradoksal--sesuatu yang semestinya tidak terjadi di keadaan yang semestinya keanehan itu tidak ada.
Allohumma shalli 'ala sayyidina Muhammad, wa 'ala ali sayyidina Muhammad.
Sumber: Buletin Masjid Agung Kota Tasikmalaya No. 242/VI/2016
0 komentar:
Posting Komentar