Jumat, 16 Juli 2010

Kiat Aa Gym: Menuju Akhirat

Kiat Aa Gymnastiar
Puncak kebahagiaan hidup adalah saat kita memberikan hati atau cinta kita untuk sesuatu. Baik itu makhluk, harta benda, popularitas, kekuasaan atau lainnya, kepada Allah, Dzat Yang Maha Kekal. Dengan cinta yang kita berikan, akan menjadi penuntun ke mana arah yang akan kita tuju dan menjadi.

Bila kita memberikan hati pada makhluk, maka bersiap-siaplah untuk kehilangan. Karena makhluk bersifat fana, suatu saat akan sirna. Bila harta, popularitas atau kekuasaan tempat hati kita bertaut, tunggulah! Suatu waktu kita akan terhinakannya. Ia akan membawa kita ke titik nadir, tempat di mana jiwa akan merasakan kegersangan yang tiada kira.

Makhluk, harta benda, popularitas hanya akan membawa kita menjadi para pencinta dunia. Para pencinta yang mengabdikan dirinya untuk mengejar dunia dan segala keindahannya. Para pencinta yang merasa bahwa ia telah mendapatkan kebahagiaan yang menjadi tujuan hidupnya. Namun hakikatnya, tujuan yang ia kejar adalah tujuan ke lembah kehampaan tanpa dasar.

Bagaikan Qais yang menjadi majnun (gila) karena cintanya pada Laila. Qarun yang rela mati tertimbun oleh harta, karena tak rela untuk meninggalkannya, atau Fir'aun yang ditelah ganasnya Laut Merah karena egonya akan popularitas dan kekuasaan.

Merekalah para pencinta dunia. Mereka yang namanya masih tergores dalam lembar sejarah sebagai orang-orang telah terpikat hatinya pada keindahan cinta dunia. Cinta pada makhluk, harta benda, popularitas atau kekuasaan.

Tidak cukupkah, para tokoh pencinta dunia itu menyadarkan kita akan hakikat hidup ini? Masih kurangkah tingkah polah mereka mengajarkan kita, ke mana hati ini  hendaknya kita berikan? Atau kemanakah cinta harus kita sandarkan, agar tidak goyah saat kaki ini melangkah?

Jika cinta ini kita persembahkan pada Allah, Dzat Yang Maha Kekal, di mana jiwa kita ada ditangan-Nya, maka keberuntungan akan menyapa dalam setiap detik kehidupan kita. Bila setiap waktu, hanya nama-Nya yang kita sebut. Bila setiap saat, hanya Allah yang menghiasi indahnya lafadz yang tak henti menyebut nama-Nya. Yakinlah surga telah lebih dahulu hadir mengiringi hidup kita.

Saat cinta pada makhluk, harta benda, popularitas atau kekuasaan hanya ibarat  bunga mimpi yang ada, namun tidak nyata. Maka saat itulah, kita telah mendeklarasikan kebebasan yang hakiki. Kebebasan untuk menjadi hamba Allah yang sejati. Para pencinta akhirat.

Saudaraku, ingatkan diri kita akan hakikat hidup di dunia ini. Kita menjadi hamba Allah bukan hamba dunia. Dunia adalah pelayan kita, bukan sebaliknya.

(Sakinah 18 Juni 2010)

Baca juga artikel berikut:

0 komentar:

Posting Komentar