Di saat itulah Muhammad meminta kepada semua yang hadir, terutama mereka yang pernah bergaul dengannya, untuk secara jujur mengemukakan tentang berbagai hal yang membuat mereka tidak suka kepada Nabi. Atau, siapa tahu kepada mereka Nabi pernah berutang. Atau, kepada mereka Nabi pernah menyakiti.
Suasana sangat hening. Bisa kita bayangkan, orang yang selama ini menjadi panutan dan pemimpin kharismatik mereka, terbaring sakit tak berdaya. Maka pada saat itulah berdiri seorang sahabat Nabi bernama Sawwad dan berbicara bahwa dirinya pernah mengalami perlakuan Nabi yang membuatnya kesal dan marah. Kini ia akan membalas perbuatan Nabi tersebut. "Apa perbuatan saya yang kamu anggap menjengkelkan kamu ya Sawwad?" tanya Nabi. "Dulu ketika saya menjadi tentara perang, Nabi pernah memukul perut saya dengan tongkat, karena waktu itu saya berposisi kurang lurus. Saat itu Nabi memukul saya sambil mengatakan 'istaqim ya Sawwad!" jelas Sawwad di hadapan para hadirin yang sedang berduka itu.
Semua sahabat Nabi, terutama Umar ibn Khattab, berang kepada Sawwad dan menyilakan Sawwad untuk membalas kepada dirinya, bukan kepada Nabi. Tapi Muhammad kemudian menyilakan Sawwad untuk memukul perut Nabi persis seperti Nabi memukul perutnya. Tapi Sawwad ingin memukul perut Nabi tanpa terhalangi baju, sebab waktu Nabi memukulnya dulu juga tanpa terhalang baju. Langsung saja Nabi membuka baju dan menyilakan Sawwad memukul perut Nabi. Kemudian apa yang dilakukan Sawwad? Ketika perut Nabi sudah dalam keadaan terbuka, Sawwad dengan sangat kreatif malah bukan memukulnya, melainkan menciumi perut Nabi sambil menangis.
Kemudian Sawwad meminta maaf kepada Nabi dan menjelaskan mengapa ia melakukan hal ini. Sawwad pernah mendengar bahwa siapa-siapa yang pernah menyentuh kulit Nabi, ia akan dekat dengan Nabi di akhirat kelak. Atas dasar itulah Sawwad melakukan kreatifitas untuk mencapai tujuannya, dengan harapan ia akan bisa dekat dengan Nabi di akhirat nanti.
Sahabat, berani hadapi tantangan hidup kreatif, selamat mencoba. Bagaimana pendapat anda?
Sumber: Amri Knowledge Entrepreneur
0 komentar:
Posting Komentar